Selasa, 18 Mei 2010

Memotret ITB di kala Sepi...!!

Pagi ini rutinitas ke kampus dimulai.
Pekan ini adalah pekan terakhir masa UAS semester Genap TA. 2009/2010 terasa.
Mitos "Musim Sepi Musim Ujian" di ITB sangat terasa.


Diawali dalam perjalanan memasuki Gerbang Utama, terlebih lapangan Basket dan Volley pagi ini benar-benar sepi.
Semilir udara Bandung yang sejuk semakin terasa, tatapanku tertuju ke arah Plaza kembar gedung Labtek dari arah jalan dekat student centre. Cantik, elegan dan sedikit terasa angkuh.

Teringat cerita Meteor Garden dengan kampus Ing te nya.
Namun Bukan kemewahan yang ditampilkan tapi kebersahajaan dalam proses menuntut ilmu disini lebih diutamakan.

"hmmm...tak terasa sudah hampir 22 bulan kulewati waktu berada di kampus ini, sebagian dari ambisi dan cita-cita, merasakan transef ilmu di kampus Legendaris milik para pemimpin bangsa Indonesia"

"Berat perjalanan ini tapi memang harus segera ku akhiri untuk mereguk ilmu lain di kehidupan nyata".

Semakin dalam aku susuri perjalanan menuju Labtek V. Rasa sepi ini semakin menjadi, koridor-koridor yang biasanya dipenuhi gelak tawa ceria berbagi cerita mahasiswa, atau debat-debat penuh hasrat mencari ilmu hingga harus tertidur dilorong karena kelelahan dengan tugas semakin tak nampak.

Potret ini semakin jelas..
Sepi ini semakin terasa..
tapi aku harus tetap berjalan menempuh tujuan akhir dari perjalanan menuntut ilmu disini Kampus Ganesha 10 yang cantik, elegan, angkuh namun tetap bersahaja.

"Semoga ilmu yang kudapat disini bisa aku abadikan dalam kebersahajaan hidup.
Amin.
"

Kamis, 13 Mei 2010

“Syndrome Parau…..!!”

Hari ini benar-benar menjadi hari terdiam seumur hidupku. Prestasi tinggi yang sebelumnya ga pernah terjadi. Dan menjadi hari yang aneh.

Sebenarnya ingin rasanya aku berteriak.
“Ahhhhhhhhh….!!!”
Tapi ga mungkin, ga akan mungkin ada yang mendengar. Untuk berbicara saja dengan lawan bicaraku harus ku ulang berkali-kali. (Yang semakin menyiksa sebenarnya, grrr)

Berbagai komentar berkenaan suara parau ku bermunculan
“Habis konser ya??””
Atau
“Nyinden dimana?”
Atau
"serak ya, karena batuk tuh!" (Pertanyaan yang tidak perlu penandasan lagi karena memang itu sebenarnya)

Tapi yang paling aneh adalah pernyataan tetangga kamar kos ku….???
“Teteh, mau dong suara seraknya…!!” tulisnya di comment status facebooknya
“What…??””
“Ambil, ambil, bungkus semua. Aku Ikhlas…..!” balas ku masih di comment status facebooknya.
Buat apa coba, mau suara serak, parau atau apapun namanya.
“Seksi..!” katanya haha….
Tahu ga, Syndrome Parau itu menyiksa. Suara nyaris hilang, telinga terasa berisi angin.
Jadi orang Autis karena sulit bersosialisasi. Ditambah Koneksi internet gagal terus semakin Autis dengan dunia tak jelas. (eh koq nyambung ke internet segala ya…, kemarahan membabi buta. Hehe)

Ternyata ada pelajarannya disini,
Tersiksa ketika kita merasa kehilangan apa yang biasa kita miliki.
Tersiksa karena upaya untuk berkata-kata tetap membuat lawan bicara tak mengerti.
Namun Tersiksa bisa dilakukan sambil menyelami rasa…
Bagi saudara-saudara kita yang tidak pernah bisa mengeluarkan bahasa verbal karena keterbatasan fisiknya, saudara-saudara kita yang tuna rungu atau tuna wicara pasti keterbatasan ini lebih menyiksa lagi.
Satu lagi bahan tafakur….
Pelihara apa yang sudah dan sedang kita miliki karena semuanya titipan ALLAH SWT.
Syukuri semua yang ada, karena hidup adalah ANUGERAH (D’Masiv)